Gairah touring risers Datsun di Bandung luar biasa besar. Hanya sepekan setelah Musyawarah Chapter (Muschap) Datsun Go+ Community Indonesia (DGCI) Bandung Raya, belasan risers langsung meluncur ke pantai selatan Jawa Barat, Pangandaran. Dilepas Vice President Chapter (VPC) alias Ketua Chapter terpilih, Adhie Fardianto, 13 risers pertama meluncur dari rest area Tol Purwakarta Bandung Cileunyi (Purbaleunyi) KM 147 pada Jumat malam, 12 Agustus 2016, pukul 22.30 WIB.
Selam satu jam kemudian, dua riser lain kemudian bergabung di dari Limbangan, Kabupaten Garut, untuk kemudian bersama-sama menyusuri pejalanan sekitar 200 kilometer menuju Pantai Barat Pangandaran. Sementara dua riser lain langsung menyusul ke Pangandaran. Gerimis mulai menyapa setika konvoi 15 kendaraan low cost green car (LCGC) paling fenomenal ini memasuki kawasan Gentong, perbatasan antara Garut dan Tasikmalaya. Tanjakan curam meliuk-liuk ini beken setiap kali musim mudik tiba atau ketika kemacetan menyergap tanjakan maut ini. Selepas Gentong, road captainDidan Nurdiansyah memutuskan untuk berhenti sejenak untuk mengusir kantuk sekaligus menginstirahatkan mesin yang menderu-deru selama dua jam perjalanan. Sebagian risers memanfaatkan rehat pertama ini untuk mengisi bahan bakar. Konvoi kendaraan kembali melaju 30 menit kemudian.
Alih-alih melunak, rintik hujan makin menjadi-jadi ketika konvoi memasuki perbatasan Kabupaten Ciamis. Hujan pun menghajar rombongan konvoi hingga melewati Kota Banjar. Menghindari risiko kecelakaan, putaran roda melambat teratur hingga kemudian stabil pada kecepatan 40-60 kilometer per jam saja. Tak terasa, dua jam berlalu ketika rombongan yang sebagian di antaranya merupakan pengurus anyar DGCI Chapter Bandung Raya memasuki Kalipucang. Dari cas cis cus radio komunikasi tertangkap adanya sergapan kantuk kepada sebagian riser. Tanpa ba bi bu, rombongan pun menepi di salah satu stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) terdekat. Beberapa menit kemudian, SPBU pun senyap. Risers maupun penumpang sama-sama terlelap.
Adalah lantunan azan Subuh yang kemudian membangunkan para risers untuk bersiap melanjutkan perjalanan pagi itu. Usai salat, road captain langsung memimpin perjalanan menuju bibir pantai. Rupanya hujan cukup deras mengguyur Pangandaran dan sekitarnya sejak malam hingga Subuh. Jejak-jejak guyuran hujan tampak jelas dari genangan yang tertinggal di badan jalan. Bahkan, sebagian ruas jalan terendam hingga puluhan centimeter. Puncaknya, banjir menyergap beberapa titik sepanjang Kalipucang-Pangandaran maupun persawahan dan lapangan. Samar-samar tampak tenda-tenda perkemahan mengapung di atas “kolam” raksasa di depan sebuah sekolah. Hujan benar-benar deras hingga mengundang banjir merendam lapangan sepakbola tersebut. Hujan datang menjemput matahari pagi sehari menjelang peringatan Hari Pramuka pada 14 Agustus 2016.
Lebih dari sekadar genangan, derasnya banjir sempat memutus beberapa ruas jalan sebelum memasuki daerah Pangandaran. Sejumlah kendaraan roda empat berbadan rendah terpaksa menepi menunggu banjir surut. Terlebih sejumlah LCGC dari pabrikan sebelah yang hanya bisa melongo ketika rombongan risers DGCI Bandung Raya dengan perkasa menerjang derasnya banjir. Datsun yang menggendong mesin 1.200 cc tiga silinder segaris tesebut sukses mengangkangi arus deras setinggi lebih kurang 40-50 centimeter. Rombongan tiba di gerbang utama Pangandaran sekitar pukul 06.30 dan langsung berbaris rapi di depan lapangan parkir Pangandaran Sunset di Jalan Bulak Laut, Pantai BaratPangandaran.
Setelah beristirahat dan berselfie ria di Pantai Barat, risers DGCI Bandung Raya bergeser ke Pantai Timur untuk mencari sarapan pagi. Selama ini Pantai Timur dikenal sebagai sentra makanan laut segar sambil menikmati view lepas pantai dan deburan ombak. Berbeda dengan Pantai Barat yang memiliki pantai landai dan gelombang lebih ramah, Pantai Timur memiliki ombak yang ganas disertai gelombang tinggi di sepanjang garis pantai. Wajar bila kemudian pantai ini tidak diremomendasikan menjadi arena berenang, kecuali olahraga air dan penangkapan ikan.
Usai sarapan, sebagian besar anggota rombongan langsung check in diRose Inn Hotel. Sementara sisanya yang kebetulan kehabisan kunci kamar langsung menyebar ke sejumlah hotel di antara Pantai Barat dan Pantai Timur Pangandaran. Risers doyan touring ini pun menghabiskan waktu dengan istirahat di kamar masing-masing. Menjelang senja, barulah para risers ini keluar sarang untuk bercengkerama dengan pasir dan gelombang Pantai Barat yang tampak akrab menyapa pengunjung. Sesi fun ini berlangsung hingga sunset tiba di penghujung hari. Setelah makan malam dan jalan-jalan sekadarnya, para risers pun terlelap hingga sunrise menyapa keesokan harinya.
Pagi harinya para risers tampak menyusun kesibukan masing-masing sambil mempersiapkan lanjutan perjalanan ke Pantai Batuhiu di Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. Sebelum bertolak ke Batuhiu, para risers menyempatkan diri berpose di Pantai Timur yang kini makin ikonik berkat tulisan raksasa PANGANDARAN dengan cat warna-warni cerah memesona. Sayang tangan-tangan jahil meninggalkan coretan nyaris di seluruh badan tulisan keren tersebut. Sesi foto-foto berakhir dengan lompatan tinggi risers di depan formasi apik Datsun Go+ dan Hatchback di bibir pantai.
Keceriaan mewarnai perjalanan menuju Batuhiu selama lebih kurang 20 menit. Sejumlah banyolan segar bersahutan di radio komunikasi. Setibanya di Batuhiu,para riser langsung menuju batu karang untuk berfoto bersama sambil membentang spanduk kuning menyala bertuliskan “Tour Pangandaran DGCI Chapter Bandung Raya”. Spanduk serupa menemani pose-pose unik risers di bukit yang di depannya menghampar laut lepas Samudera Hindia. Sayang batu karang menyerupai sirip hiu di seberang pantai kini tak bernentuk lagi. Tsunami yang meluluhlantakkan Pangandaran dan sekitarnya pada 2006 lalu turut memorakporandakan artefak alam legendaris tersebut. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, tsunami Pangandaran mengakibatkan 668 korban jiwa, 65 hilang (diasumsikan meninggal dunia), dan 9.299 lainnya luka-luka.
Dari Batuhiu, rombongan langsung bertolak menuju Bandung. Di tengah perjalanan, rombongan beristirahat dan makan siang sejenak di Rumah Makan Warung Jeruk, Ciamis. Rumah makan ini terkenal berkat suguhan aneka pepes dan ayam goreng serta rupa-rupa lalap khas Parahyangan. Harap maklum saja ketika sejumlah risers tampak pol-polan melahap nasih hangat plus sambal dadakan ekstrapedas di sini. Anggap saja itu “bahan bakar” menuju rumah masing-masing di Bandung dan sekitarnya. Setelah melalui serangkaian tanjakan dan kemacetan cukup parah di bilangan Gentong, rombongan berpisah di SPBU Nagreg. Diakhiri doa bersama dan pekik Hidup DGCI Bandung Raya, para riser menutup rangkaian Tour Pangandaran.
Dan, libido touringpara risers ini rupanya tengah memuncak. Bertemu malam hari di salah satu kafe di Kota Kembang pada malam harinya, barudak Bandung ini kembali merencanakan touring lagi. Ada yang mengusulkan mengunjungi Pantai Sawarna di Provinsi Banten, susur Pantai Selatan Jawa Barat, hingga sejumlah destinasi lain di luar Jawa Barat. Dari sederet daftar tersebut, tampaknya Semarang bakal menjadi keniscayaan. Bukan tanpa alasan, kota bersejarah di Pantai Utara Jawa (Pantura) tersebut bakal menjadi tuan rumah Jambore Nasional DGCI pada Desember mendatang. Kalau sudah begitu, yuk kita serbu Semarang! Yeahhh!!!