*Kopdargab Touring Edukasi Bersama DGCI Sidoarjo & DGCI Majapahit*
Minggu 11 Maret 2018, merupakan hari keluarga Besar DGCI Sidoarjo & DGCI Majapahit mereka mengadakan touring bersama ke Situs-Situs Peninggalan Majapahit di Trowulan.
Berkumpul tepat pada pukul 08.00 WIB di SPBU Tjiwi Kimia, DGCI Sidoarjo memulai Konvoi Bersama dengan DGCI Majapahit yang dipimpin oleh Om Chrieza yang juga adalah VPC DGCI Majapahit.
Mereka memulai Touring edukasi ke Situs Candi Tikus, “bangunan ini terdapat sebuah ‘menara’ setinggi sekitar 2 m dengan atap berbentuk meru dengan puncak datar. Menara yang terletak di tengah bangunan ini dikelilingi oleh 8 menara sejenis yang berukuran lebih kecil. Di sekeliling dinding kaki bangunan berjajar 17 pancuran (jaladwara) berbentuk bunga teratai konon dahulu terdapat wabah tikus sehingga masyarakat sekitar pun menyebutnya Candi Tikus”, Ujar Om Chris VPC Majapahit yang secara mendadak juga didapuk menjadi Guide Oleh VPOD III Jawa Timur yakni Om Yudha.
Melanjutkan perjalanan ke Candi Bajang Ratu, Tak Nampak Lelah sekalipun di wajah para keluarga besar DGCI Sidoarjo maupun DGCI Majapahit, “Bajang Ratu” dalam bahasa Jawa berarti “raja / bangsawan yang kecil / kerdil / cacat”. Dari arti nama tersebut, gapura ini dikaitkan penduduk setempat dengan Raja Jayanegara (raja kedua Majapahit) dan tulisan dalam Serat Pararaton, ditambah legenda masyarakat. Disebutkan bahwa ketika dinobatkan menjadi raja, usia Jayanegara masih sangat muda (“bujang” / “bajang”) sehingga diduga gapura ini kemudian diberi sebutan “Ratu Bajang / Bajang Ratu” (berarti “Raja Cilik”), Ujar Om Wahyu Anggara (Humas DGCI Majapahit) yang kali ini didapuk menjelaskan perihal sejarah Candi Bajang Ratu kepada putra-putri dari anggota DGCI Sidoarjo.
Om Tikno & Om Agus Sri selaku PIC Acara Touring Edukasi ini kemudian memberikan komando untuk meanjutkan perjalanan ke Museum Trowulan Majapahit, disana mereka mulai memasuki museum yang tidak hanya menyimpan dan memamerkan peninggalan arkeologi dari masa Majapahit, tetapi juga menampilkan berbagai temuan arkeologi yang ditemukan di seluruh Jawa Timur. Mulai dari era raja Airlangga, Kediri, hingga era Singhasari dan Majapahit.
Setelah Sholat Dzuhur acara ini berakhir di sebuah rumah makan di daerah Bejijong, Trowulan – Mojokerto, “suasana kehangatan kekeluargaan ini sangat indah sekali dan perlu diadakan 2-3 bulan sekali mengingat kadangkala anak-anak kita belum tentu ada agenda dr sekolahnya untuk berkunjung ke situs-situs purbakala ini”, Ujar Om Rizka selaku Humas DGCI Sidoarjo. Dan setelah makan siang acara pun selesai dan mereka tampak tak mau memisahkan diri karena kehangatan semangat KPK oleh kedua Chapter tersebut.(riz)